Gula Picu Toksin Pada Tubuh?
Theresia Karo Karo Official Writer
Cita rasa manis ada di sebagian makanan yang dikonsumsi yang bersumber dari gula. Bentuk gula tambahan ini antara lain, gula putih, gula coklat, sirup jagung, dan madu. Seperti yang kita ketahui konsumsi gula berlebih akan berdampak pada kesehatan.
Diantaranya, menyebabkan obesitas, kerusakan gigi, dan diabetes. Selanjutnya dalam hasil penelitian terbaru disebutkan bahwa gula dapat memicu kolesterol tinggi, hipertensi, penyakit jantung, hingga kanker. Hal ini menyebabkan gula dianggap sama buruknya dengan rokok.
Biasanya dalam produk makanan, penambahan gula dilakukan dengan jumlah yang cukup tinggi. Tertulis di jurnal Nature, gula bahkan dianggap berbahaya. Oleh sebab itu penggunaannya harus diatur seperti alkohol dan tembakau. Menurut Dr Robert Lustig, Ahli Endokrin di Un iversitas California, gula berdampak toksin pada tubuh yang menyebabkan banyak penyakit kronis.
“Gula adalah krisis kesehatan masyarakat paling besar sepanjang sejarah. Setiap kandungan yang menyebabkan kecanduan, kokain, heroin, dan masih banyak lagi, memerlukan intervensi. Sementara belum ada tindakan terhadap gula, padahal kita membutuhkannya,” jelas Dr Lustig.
Hal ini disebabkan karena gula dapat memicu untaian reaksi toksin yang menyebabkan lemak, hormon dan produk metabolisme yang berbahaya. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk gula alami yang berasal dari buah, sayuran, dan susu murni.
Jenis gula yang dianggap paling berbahaya adalah fruktosa, apabila dikombinasikan dengan glukosa. Hal ini karena fruktosa adalah jenis gula yang dimetabolisme oleh hati. Apabila jenis ini diproses tubuh, maka gula akan tinggal dalam hati dan mulai memproduksi lemak darah berbahaya yang disebut dengan trigliserida. Kondisi ini adalah di mana tubuh tidak cukup memproduksi insulin untuk memecah gula yang diasup.
Sehinga menyebabkan penumpukan lemak, kegemukan, dan diabetes yang kemudian memicu penyakit jantung dan menekan kolesterol baik (HDL). Perlu diketahui juga bahwa efek negatif gula ini tidak dapat diperbaiki dengan olahraga.
Penelitian ini mendapat kritik dari Dr David Katz dari Universitas Yale. “Memang ada efeknya jika kita mengonsumsi gula terlalu banyak, tetapi tidak perlu mendorong orang untuk menghindari gula. Selama ini kita sudah mengadopsi pola makan rendah lemak, rendah karbohidrat, lalu kini kita juga rendah gula. Kita bisa kekurangan nutrisi,” ungkapnya.
Memang diakuin Katz bahwa kebanyakan orang pada era modern ini mengonsumsi gula terlalu banyak. Menurutnya, penting untuk mengontrol konsumsi gula. Para ahli menyarankan sebaiknya 9 sendok teh perhari bagi pria dan 6 sendok teh perhari bagi wanita. Akan lebih baik bila anda menghindari minuman dan makanan yang diberi pemanis, perhatikan label makanan cepat saji atau yang dalam kemasan. Karena empat gram gula dalam label makanan sama dengan satu sendok teh gula.
Sumber : Kompas/Viva.co.id by tk
Halaman :
1